Oleh: Syeikh Muhammad bin Jamil Zainu
rahimahullah
Agama Adalah Nasihat
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Agama adalah nasihat, kami (para sahabat) bertanya: Untuk siapa wahai Rasulullah? Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Untuk Allah, KitabNya, RasulNya dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang muslim”. (Riwayat Muslim)
Sebagai aplikasi sabda Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam
di atas, maka saya ingin menyampaikan nasihat kepada seluruh kelompok
dakwah Islam, agar senantiasa berpegang teguh dengan al-Quran dan
hadis-hadis yang sahih berdasarkan pemahaman para ulama salaf,
seperti: para sahabat, tabi’in, para imam mujtahidin dan orang-orang
yang senantiasa meniti jejak mereka.
Kepada Kelompok Sufi
1. Nasihat saya kepada mereka agar
mengesakan Allah dalam berdoa dan isti’anah (minta pertolongan), sebagai bentuk perwujudan dari firman Allah :
“Hanya engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah : 5). Dan Sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Doa adalah ibadah”. (HR Tirmizi dan beliau berkata: Hadis hasan sahih).
2. Hendaklah mereka senantiasa
mendasari zikir-zikir mereka dengan apa yang ada dalam al-Quran dan sunnah (yang sahih) serta amalan para sahabat.
3. Jangan sekali-kali mendahulukan ucapan syeikh-syeikh melebihi firman Allah dan sabda Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah taala berfirman :
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurat:1).
Yakni, jangan sekali-kali kalian mendahulukan ucapan atau perbuatan siapapun melebihi firman Allah dan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam (tafsir Ibnu Katsir).
4.
Hendaklah mereka beribadah dan berdoa kepada Allah dengan rasa takut
dari siksa neraka-Nya dan berharap akan syurga-Nya. Firman Allah ta’ala
:
“Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” (QS. Al-A’raf : 56).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Saya meminta kepada Allah syurga dan berlindung denganNya dari neraka.” (HR. Abu Daud dengan sanad sahih).
5. Mereka harus meyakini, bahawa makhluk pertama dari kalangan manusia adalah Nabi Adam
‘alaihi wa sallam, dan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
termasuk keturunannya, dan semua manusia adalah adalah anak
keturunannya, yang Allah ciptakan dari tanah. Allah ta’ala berfirman :
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani.” (QS. Ghafir : 67).
Tidak ada satu dalilpun yang menunjukan bahawa Allah menciptakan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari nur (cahayaNya), bahkan yang masyhur bagi semua, bahawa Allah menciptakannya dari kedua orang tuanya.
Kepada Jamaah Tabligh
1. Nasihat saya kepada mereka, agar perpegang teguh dalam dakwahnya dengan al-Quran dan sunnah yang sahih, dan
hendaklah mereka belajar al-Quran, tafsir, dan hadis. Sehingga dakwah mereka benar-benar berdasarkan ilmu, sebagaimana firman Allah ta’ala :
“Katakanlah
: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.” (Yusuf: 108).
Dan sabda Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya ilmu (bisa diperoleh) hanya dengan belajar.” (Hadis hasan, lihat sahihul jami)
2. Mereka harus berpegang teguh dengan hadis-hadis yang sahih dan
menjauhi hadis-kadis yang dhaif (lemah) dan maudu’ (palsu), sehingga mereka tidak masuk pada yang disinyalir Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa salla : ”Cukup seseorang dikatakan berdusta jika menceritakan semua apa yang didengarnya.” (HR.Muslim).
3.
Kepada al-Ahbab (orang-orang yang saya cintai) agar tidak memisahkan
antara amar ma’ruf dan nahi munkar, kerana Allah banyak menyebutkan
secara bersamaan dalam ayat-ayat al-Qur’an, seperti firman Allah ta’ala
:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepadayang ma’ ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran : 104).
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam juga punya perhatian serius dan memerintahkan kaum muslimin untuk merubah kemungkaran, sebagaimana sabdanya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
: “Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran hendaklah
merubah dengan lisannya, dan apabila tidak mampu, maka hendaklah
merubah dengan tangannya, dan apabila tidak mampu, maka dengan hatinya,
dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR.Muslim)
4. Hendaklah mereka
memperhatikan dakwah kepada tauhid dengan serius, dan mendahulukannya atas yang lainnya, demi mengamalkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
: “Jadikanlah per tama kali yang kalian dakwahkan kepada mereka
adalah syahadat (kalimat tauhid) la ilaha illallah.” (HR.Bukhari dan
Muslim). Dalam riwayat lainnya, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sampai mereka (benar-benar) mentauhidkan Allah.” (HR.Bukhari).
“Mentauhidkan
Allah”, maksudnya adalah : mengesakan Allah dalam semua jenis ibada,
lebih-lebih dalam hal Do’a, karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Doa adalah Ibadah,” (HR.Tirmidzi. Beliau berkata: Hadis ini hasan sahih).
Kepada Kelompok Ikhwanul Muslimin
1.
Hendaklah mereka mengajarkan kepada anggota kelompoknya tauhid dan
macam-macamnya, yakni : tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid
asma dan sifat, karena itu adalah masalah yang sangat urgent yang
berpengaruh pada terwujudnya kebahagiaan individu maupun masyarakat,
dari pada sibuk dalam politik praktis dan yang mereka sangka seperti
fiqih waki’ (realita –ed). Ini bukan berarti buta dengan keadaan dunia
dan manusia, tapi tidak berlebi-lebihan dengannya dan tidak pula
menyepelekannya.
2. Hendaklah mereka
menjauhi pemikiran-pemikiran sufi yang menyelisihi akidah islam, karena banyak kita jumpai dalam kitab-kitab mereka akidah-akidah sufi yang batil :
a.
Lihatlah pimpinan mereka di Mesir, yaitu Umar Tilmisani -semoga Allah
mengampuninya- yang banyak menyebutkan dalam bukunya “Syahidul Mihrab”
akidah-akidah Sufi yang sangat membahayakan. Di samping membolehkan
belajar musik.
b. Inilah Sayyid Quthub -semoga Allah
mengampuninya-, menyebutkan dalam kitabnya Zilalul Qur’an” akidah Sufi
wihdatul wujud pada awal surat al-Hadid, dan lain sebagainya dari
takwil-takwil yang batil. Sungguh saya telah menyampaikannya kepada
saudaranya sendiri, iaitu Muhammad Qutub agar mengomentari
kesalahan-kesalahan aqidah, karena ia adalah penanggung jawab
penerbitan “as-Syuruq”, akan tetapi dia menolaknya dan mengatakan :
Saudara saya sendiri yang akan menanggungnya. Dan syaikh Abdul Latif
Badr, penanggung jawab majalah at-Tau’iyah di Mekah menyarankan
kepadaku agar saya mendatanginya lagi.
c. Lihatlah Said Hawa
-semoga Allah mengampuninya-, beliau menyebutkan dalam kitabnya
“Tarbiyatuna ar-Ruhiyat” akidah-akidah Sufi, sebagaimana sudah
disebutkan diawal kitab2.
d.Dan lihatlah pula syaikh Muhammad
al-Hamid dari Siria, dia menghadiahkan kepadaku buku yang berjudul
“Rudud Ala Abatil”. Dalam buku ini ada pembahasan-pembahasan yang
baik, seperti pengharaman rokok dan lainnya. Akan tetapi dia juga
menyebutkan bahawa di sana ada Abdal, Aqthab dan Aghwats3, tapi
tidaklah dinamakan al-Ghauts kecuali apabila bisa dimintai
pertolongan!!!. Padahal meminta kepada al-Ghauts dan al-Aqthab adalah
termasuk syirik yang menghapus amalan. Dan ini adalah pemikiran Sufi
yangbatil yang diingkari oleh syariat Islam.
3.
Jangan sampai mereka dengki kepada saudara-saudara mereka dari salafiyyah
yang senantiasa berdakwah kepada tauhid dan memerangi bid’ah, serta
berhukum kepada al-Quran dan sunnah, sebab mereka adalah bersaudara.
Allah ta’ala berfirman :
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al-Hujurat : 10). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR.Bukhari dan Muslim).
Kepada Salafiyun dan Ansharussunah al-Muhammadiyah1.Wasiat
saya kepada mereka agar senantiasa konsisten dalam berdakwah kepada
tauhid, berhukum dengan apa yang Allah turunkan, dan perkara-perkara
penting lainnya.
2.Hendaklah mereka
bersikap lemah lembut dalam berdakwah, bagaimanapun lawan yang dihadapinya. Sebagaimana perwujudan firman Allah :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl:125). Dan firman Allah kepada Nabi Musa dan Harun :
“Pergilah
kamu berdua kepada Fir ‘aun sesungguhnya dia telah melampaui batas.
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS.Toha :43-44). Dan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barang siapa yang tercegah dari sifat lemah lembut, niscaya ia tercegah dari segala kebaikan”. (HR.Musliam).
3.Hendaklah mereka
sabar
terhadap gangguan yang menimpa mereka, karena Allah selalu menyertai
mereka dengan pertolongan dengan memberikan kekuatan kepada mereka.
Allah ta’ala berfirman :
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan per tolongan Allah, dan janganlah kamu
bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka, dan jangan kamu bersempit
dada terhadap apa yang mereka tipudayakan. Sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang bertawakal dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl : 127-128). Dan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas
gangguan mereka lebih utama dari pada orang mukmin yang tidak bergaul
dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.” (Hadits shahih
riwayat Imam Ahmad dll).
4. Orang-orang salafi jangan sampai
beranggapan bahawa jumlah orang-orang yang menyelisihi mereka sedikit.
Karena Allah ta’ala berfirman :
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.” (QS.Saba’ : 13). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Beruntunglah bagi orang-orang yang asing.” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya siapa mereka ? Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : Mereka adalah orang-orang shaleh yang sedikit di
tengah-tengah manusia yang rusak lagi banyak, yang bermaksiat kepada
mereka lebih banayak dari pada yang taat kepada mereka”. (HR.Imam Ahmad
dan Ibnul Mubarak).
Kepada Hizbut Tahrir
1. Wasiat saya kepada mereka, agar menegakkan hukum islam dan ajarannya
pada diri-diri mereka,
sebelum menuntut orang lain untuk menegakannya. Sekitar 20 tahun yang
lalu, pernah ada 2 orang pemuda dari mereka yang mengunjungiku di
Syria, dalam keadaan dicukur janggutnya. Dari keduanya tercium bau
rokok, dan meminta kepadaku diskusi dan bergabung dengan mereka. Maka
saya katakan kepada mereka, kalian mencukur janggut dan menghisap
rokok, padahal keduanya adalah haram menurut syariat. Dan kalian juga
membolehkan jabat tangan dengan lawan jenis (yang bukan mahramnya),
padahal Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ditusuknya jarum dari besi pada kepala seorang diantara kalian itu
lebih baik daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya.”
(HR.Tabrani). Kedua pemuda tersebut berkata: Diriwayatkan dalam sahih
bukhari, bahawa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah berjabat tangan dengan wanita ketika baiat?. Maka saya katakan:
Tolong esok datangkan kepadaku hadisnya. Maka setelah itu keduannya
pergi dan tidak kembali lagi, kerana keduanya berbohong. Kerana Imam
Bukhari sama sekali tidak menyebutkan yang demikian, tapi hanya
menyebutkan baiat kepada para wanita dengan tanpa jabat tangan. Tapi
sungguh aneh sebahagian Ikhwanul Muslimin –juga- membolehkan jabat
tangan dengan lawan jenis (yang bukan mahramnya). Seperti Syaikh
Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-Qardhawi -semoga Allah mengembalikan
mereka ke jalan yang benar- sebagaimana yang saya katakan ketika saya
berdialog dengannya. Dia berdalih dengan hadis seorang budak yang
menarik tangan Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam agar
memenuhi kebutuhannya. (HR.Bukhari). Saya katakan: Cara pengambilan
dalilnya tidak benar, karena Jariyah (budak perempuan) ketika menarik
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyentuh
tangannya tapi hanya menyentuh lengan baju yang ada ditangannya.
Kerana ‘Aisyah berkata:”Sekali-kali tidak, demi Allah “Tangan Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan perempuan sedikitpun dalam baiat. Beliau
sallallahu ‘alaihi wa sallam
tidaklah membaiat mereka (para wanita) kecuali dengan ucapannya:
Sungguh saya telah membaiat kamu atas yang demikian itu.” (HR.Bukhari).
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya saya tidak pernah berjabat tangan dengan perempuan.”
(HR.Tirmizi dan beliau berkata: hadis ini hasan shahih)
2. Saya
pernah mendengan ceramah seorang syeikh dari Hizbut Tahrir di Jordan
yang membahas tentang para pemimpin yang tidak berhukum dengan dengan
hukum Allah. Akan tetapi, takkala saya mendatangi rumahnya, mertuanya
mengadu tentang dia kepadaku sambil mengatakan: Sesungguhnya syaikh
tadi telah memukul isterinya sampai mengenai matanya dan membekas.
Maka saya katakanan kepadanya (syaikh) : Sesungguhnya kamu menuntut
para pemimpin untuk menegakkan syariat Allah, tetapi kamu tidak
menegakkan syariat dalam rumahmu, apakah benar bahwa engkau telah
memukul isterimu sampai mengenai matanya ? maka ia menjawa : Ya, betul
tapi hanya pukulan ringan dengan gelas teh.!!. Maka saya katakan ke
padanya:
Amalkanlah Islam pada dirimu dulu, kemudian setelah itu tuntutlah orang lain untuk mengamalkannya. Karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanaya, apa hak istri atas suami ? beliau menjawab : “Engkau
memberinya makan apabila engkau makan, memberi baju apabila engkau
mamakai baju, jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekannya dan
jangan engkau menghajr (pisah ranjang) kecuali didalam rumah.” (Hadits
shahih riwayat al-arba’ah : Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I fan Ibnu
Majah). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila seseorang diantara kalian memukul budaknya hendaklah ia menjauhi wajah”. (Hadits hasan riwayat Abu Daud).
Kepada Jamaah Jihad
1. Nasehat saya kepada mereka agar
lembut
dalam dakwah dan jihad mereka, lebih-lebih kepada para pemimpin.
Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Musa ketika mengutusnya kepada
Fir’aun yang kafir :
“Dan katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan).” (QS. An-Nazi’at: 18). Juga firman Allah :
“Pergilah
kamu berdua kepada Fir’aun sesungguhnya dia telah melampaui batas.
Maka berbicaralah kamu berdua kapadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Toha: 43-44). Dan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang tercegah dari sifat lemah lembut, niscaya ia tercegah dari segala kebaikan.” (HR.Muslim).
2.
(Hendaklah -ed) memberikan nasihat kepada kaum muslimin dan pemimpin
mereka, dengan cara membantu mereka dalam kebaikan, mentaati mereka
dalam kebaikan, memerintahkan mereka dengan kebaikan, melarang mereka
dan mengingatkan mereka dengan lemah lembut dan tidak keluar menghadap
mereka dengan pedang (memberontak), apabila mereka berbuat zholim atau
jahat. (Silahkan telaah ucapan al-Khatabi dalam Syarah Arba’in
Haditsan). Imam Abu Ja’far at-Thahawi penulis kitab Aqidah Thahawiyah
berkata : Kami memandang, tidak boleh keluar/memberontak kepada imam
dan para pemimpin kita walaupun mereka berbuat zhalim, tidak mendoakan
keburukan kepada mereka, tidak mencabut tangan dari ketaatan pada
mereka. Dan kami memandang, bahwa taat kepada mereka adalah bagian
dari ketaatan kepada Allah ta’ala dan wajib mentaati mereka selama
tidak memerintahkan maksiat. Bahkan kami senantiasa mendoakan kepada
mereka dengan kebaikan dan keselamatan.
a. Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa’: 59).
b. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Barangsiapa yang taat kepadaku maka sungguh ia telah taat
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sungguh
ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barang siapa taat kepada amir,
berarti ia taat kepadaku, dan barangsiapa bermaksiat kepada amir
berarti ia bermaksiat kepadaku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
c. Dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu beliau berkata : “Kekasihku Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berwasiat kepada ku agar saya mendengar dan taat kepada pemimpin
walaupun ia seorang budak Ethiopia lagi cacat anggota tumbuhnya.” (HR.
Muslim).
d. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Bagi tiap orang wajib mendengar dan taat (kepada pemimpin)
pada saat senang dan benci, kecuali apabila diperintah untuk
bermaksiat, maka apabila dipertahankan untuk maksiat maka tidak boleh
mendengar dan taat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
e. Dari
Khudzaifah bin Yaman radhiyallahu’anhu beliau berkata : “Orang-orang
bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan saya bertanya
kepadanya tentang kejelekan karena khawatir akan menimpaku, saya
bertanya: Wahai Rasulullah, kita dahulu berada dalam jahiliyah dan
kejelekan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kita.
Apakah setelah kebaikan ini akan ada kejelekan? Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Iya ada. Saya bertanya : Apakah setelah kejelekan akan datang kebaikan lagi ? Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Iya ada, tapi didalamnya terdapat dakhan/kekeruhan. Saya bertanya : Apa dakhannya ? Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : Yaitu ada suatu kaum yang mengambil dengan selain sunnahku
dan mengambil petunjukku. Engkai mengetahui mereka dan engkau
mengingkarinya. Saya bertanya : Apakah setelah kebaikan seperti ini
akan ada kejelekan ? Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : Iya, yaitu para da’i yang mengajak ke pintu-pintu beraka
Jahanam. Siapa yang menyambutnya niscaya akan dilemparkan kedalamnya.
Saya bertanya : Wahai Rasulullah, jelaskan kepada kita ciri-ciri mereka
: Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Mereka
adalah, kaum dari bangsa kita dan berbicara dengan bahasa kita. Saya
bertanya : Wahai Rasulullah, bagaimana nasehatmu jika kita mendapati
yang demikian itu ? Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : Engkau konsisten bersama jama’ah kaum muslimin dan imam
mereka. Saya bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama’ah dan tidak pula
imam ? Beluai
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :
Tinggal kan seluruh kelompok-kelompok yang ada, walaupun engkau harus
menggigit akar pohon sampai ajal menjemputmu dan engkau dalam keadaan
demikian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
f. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda ” Barang siapa melihat pada amirnya suatu yang ia benci,
hendaklah ia sabar, karena barangsiapa yang memisahkan diri satu
jengkal dari jama’ah dan ia mati, maka matinya dalam keadaan
jahiliyah.” (HR.Bukhari dan Muslim).
g. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Sebaik-baik pimpinan bagi kalian adalah : Pemimpin yang
kalian cintai dan merekapun mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka
dan merekapun mendoakan kalian. Dan sejelek-jelek pemimpin bagi kalian
adalah pemimpin yang kalian benci dan merekapun membenci kalian. Kami
bertanya : Wahai Rasulullah apakah kita tidak mengangkat pedang
(memberontak) saja pada saat demikian ? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : jangan memberontak, selama mereka mendirikan sholat
bersama kalian. Ketahuilah, barangsiapa dipimpin wali (pemimpin) dan
ia melihatnya bermaksiat kepada Allah, maka hendaklah ia membenci
maksiat yang dijalannya, dan jangan sekali-kali mencabut ketaatan
kepadanya.” (HR. Muslim).
h. Dalil-dalil al-qur’an dan sunnah
menunjukan akan wajibnya taat kepada ulil amri selama tidak
memerintahkan maksiat. Renungkan lah firman Allah berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu.”
(QS. An-Nisa: 59). Kenapa Allah berfirman “dan taatilah ulil amri
diantara kamu” dengan pengulangan kata kerja “taatilah”. Ini
menunjukkan bahwa ulil amri tidak ditaati dengan sendirinya. Akan
tetapi mereka ditaati hanya pada perkara-perkara ketaatan kepada Allah
dan Rasul-Nya. Ini juga menunjukan bahwa barangsiapa yang taat kepada
Rasul-Nya. Ini juga menunjukkan bahwa barangsiapa yang taat kepada
Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sungguh ia taat kepada Allah, karena Rasul
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan yang bukan termasuk ketaatan kepada Allah, karena Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah ma’shum (terjaga) dari yang demikian itu. Berbeda halnya
dengan penguasa, mereka terkadang memerintahkan kepada yang bukan
ketaatan kepada Allah (maksiat), maka tidak boleh ditaati kecuali pada
perkara-perkara yang merupakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Adapun perintah untuk taat kepada penguasa walaupun mereka berbuat
zhalim, karena keluar dari ketaatan kepada mereka akan mengakibatkan
kerusakan yang berlipat ganda dibanding kezhaliman mereka, bahkan sabar
dalam menghadapi kezhaliman mereka akan menghapus kesalahan dan dosa
dan menyebabkan pahala dilipatgandakan. Karena Allah tidak akan
menjadikan mereka sebagai pimpinan kita, kecuali dengan sebab perbuatan
kita sendiri, karena balasan adalah sesuai dengan perbuatan.
Maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali beristighfar, bertaubat dan memperbaiki amal perbuatan kita. Allah berfirman :
“Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura : 30). Allah berfirman :
“Dan
demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itu menjadi
teman bagi sevagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.”
(QS. Al-An’am : 129). Maka apabila rakyat menginginkan keselamatan
dari keburukan pemimpin yang zhalim, hendaklah mereka meninggalkan
kezhaliman. (Silahkan lihat Syarah Aqidah ath-Thahawiyah 380-381).
i.
Jihad terhadap para pemimpin kaum muslimin. Yang demikian itu dapat
dilakukan dengan cara menyampaikan nasehat kepada mereka dan kepada
seluruh jajarannya. Karena Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Agama adalah nasehat. Kami (para sahabat) bertanya : Untuk
siapa wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : Untuk Allah, kitab-Nya,
Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin pada umumnya”.
(HR. Muslim). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat kebenaran
di sisi pemimpin yang zhalim.” (Hadits hasan riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan, juru selamat dari kezhaliman para hakim yang mereka dari
bangsa kita yaitu dengan cara : Kaum muslimin bertaubat kepada Rabb
mereka, memperbaiki akidah mereka dan membina diri serta keluarga
mereka diatas islam yang murni. Sebagai bentuk perwujudan firman Alah
ta’ala :
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri“. (QS. Ar-Ra’d : 11). Dan ini pernah disinyalir oleh seorang da’i kontemporer dengan ungkapannya :
“Tegakkanlah Negara Islam di dada-dada kalian, niscaya akan tegak di bumi kalian“.
Demikian pula, dengan cara memperbaiki akidah dalam menegakkan
bangunan di atasnya, yaitu masyarakatnya. Allah ta’ala berfirman :
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS. An-Nur : 55). (Diringkas dari Kitab Ta’liqat’ala Syarhi Thahawiyah karya syaikh al-Albani)
Nasihat umum kepada seluruh kelompok
Saya
sekarang sudah tua renta, umur saya sekarang telah mencapai 70 tahun,
dan saya mengharapkan kebaikan bagi semua kelompok, oleh karena itu
untuk mengamalkan hadits nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Agama itu nasehat”, saya ingin menyampaikan beberapa nasehat ini :
- Agar semua kelompok berpegang teguh dengan al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bentuk ketaatan terhadap firman Allah : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan jangan kamu bercerai-berai..”(QS.Ali Imran : 103). Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
: “Telah saya tinggalkan kepada kalian dua perkara, selama kalian
berpegang teguh dengan kedudukannya, maka tidak akan tersesat, yaitu
(kitabullah al-Qur’an dan sunnah Nabinya Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” (HR.Malik dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami).
- Apabila jama’ah-jama’ah yang ada berselisih, hendaknya mereka kembali kepada al-Qur’an dan hadits serta amalan para sahabat, Allah ta’ala berfirman : “Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kemu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya,”(QS.An-Nisa : 59). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan
sunnahnya para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, berpegang
teguhlah dengannya.” (Hadits shohih riwayat Imam Ahmad).
- Hendaklah mereka memperhatikan dakwah tauhid yang menjadi prioritas dan pusat perhatian al-Qur’an. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai dakwahnya kepada tauhid dan memerintahkan para ssulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah memberi isyarat tentang kelompok tang satu ini dalam sabdanya :
“Ketahuilah bahwasanya orang-orang sebelum kamu dariahabatnya agar
memulai dengannya.Sesungguhnya saya telah masuk dan bergaul dengan
kelompok-kelompok dakwah islam, dan saya lihat bahwa dakwah salafiyahlah yang konsisten dengan al-Qur’an dan sunnah menurut pemahaman salafus shaleh, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
para sahabatnya dan para tabiin. Dengan sungguh Ra ahlikitab berpecah
belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umat ini akan berpecah
belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua di dalam
neraka dan yang satu di surga yaitu al-Jama’ah.” (HR.Ahmad dan
dinyatakan holeh al-Hafidz Ibnu Hajar). “Semua di dalam neraka kecuali
satu yaitu apa yang saya dan para sahabatku ada diatasnya.”
(HR.Tirmidzi dan dihasankan oleh al-Albani). Dalam hadits diatas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada
kita, bahwasanya orang yahudi dan nasrani berpecah belah menjadi lebih
banyak dari mereka, dan kelompok-kelompok yang banyak ini terancap
masuk neraka, karena menyimpangnya dan jatuhnya dari kitab Allah dan
sunnah Nabi-Nya. Dan bawasanya hanya satu kelompok yang selamat dari
neraka dan masuk surga, yaitu al-Jama’ah (kelompok yang berpegang teguh
dengan al-Qur’an dan sunnah serta amalan para sahabat). Keistimewaan
dakwah salafiyah adalah dakwah kepada tauhid, memerangi syirik,
mengetahui hadits-hadits yang shahih dan memperingatkan umat dari
hadits yang dha’if (lemah) dan maudhu’ (palsu), serta memahami
hukum-hukum syariat dengan dalil-dalilnya. Dan ini sungguh sangat
penting bagi setiap muslim. Oleh karena itu, saya menasehati seluruh
saudara-saudaraku kaum muslimin, agar senantiasa konsisten dengan
dakwah salafiyah, karena dakwah tersebut adalah dakwah yang selamat dan
kelompok yang mendapat pertolongan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Akan senantiasa ada dari umatku satu kelompok yang tanpak
diatas kebenaran, tidak memudharatkan mereka orang yang menghinakan
mereka sampai dating urusan Allah.” (HR.Muslim). Mudah-mudahan Allah
menjadikan kita termasuk kelompok yang selamat dan mendapat
pertolongan.
____________________
Note:
1. Dialihbahasakan oleh Abdurrahman Hadi Lc. Dari kitab “Kaifa Ihtadaitu ila at-Tauhid wa ash-Shiratil Mustaqim”
2. Kitab “Kaifa Ihtadaitu ila at-Tauhid wa ash-Shiratil Mustaqim oleh syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.
3.
Inilah gelar-gelar sufi atas orang-orang yang dianggap wali yang
mewakili Allah di bumi (Abdal), menguasi daerah-daerah tertentu (Aqthab)
atau yang biasa dimintai pertolongan (al-Ghauts)-ed.
Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Vol.6 No.6 Edisi 38 - 1429H