Semangat Pagi..
Alhamdulillah hari ini penuh nikmat dan saya bersyukur Allah Swt masih
memberikan segala karunianya kepada saya, sehat, masih bernafas dan
masih diberi kesempatan untuk terus belajar. Tentu bukan suatu
kebetulan, ketika pagi tadi di salah satu grup BB membahas tentang anak,
kaitannya dengan persoalan sekolah di usia balita. Alhamdulillah,
banyak sekali pembelajaran walau dari sekedar membaca ataupun turut
sharing dalam pembicaraan tersebut.
Banyak sekali, bahkan di antara kita atau saya pribadi pun dengan sadar
ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Apalagi prioritasnya kalau
bukan soal sekolah, memberikan makanan yang bergizi dan tambahan
kebutuhan-kebutuhan lainnya, terutama berkaitan erat dengan psikolog
anak Selalu saja, para orangtua bekerja tiada lain untuk memenuhi itu
semua, demi sang buah hati. Sangat disadari bahwa emosional seperti itu
ada dalam setiap diri orangtua, ga mungkin kita tidak mengusahakan
secara maksimal untuk anak-anak kita. Istilahnya, apapun caranya, apapun
jalannya selama itu halal pasti akan diusahakan demi anak-anak. wow, PR besar yaa bagi kita sebagai orangtua :)
Namun, entah menjadi kultur atau kebiasaan, atau entahlah... hal-hal
seperti itu (mengusahakan sesuatu demi anak) pada akhirnya mengarah
kepada keinginan sang orangtua agar anaknya begini atau begitu, harus
ikut ini itu, harus masuk sekolah dan jurusan ini itu, dengan alih-alih
orangtua tau yang terbaik untuk anak. (bisa dimaklumi jika sang anak
masih berada dalam pengaruh teman-teman di saat usia yang masih dini) ,
Namun kita sebagai orangtua selayaknya harus bisa bersikap bijak juga,
mengetahui keinginan sang anak dan memfasilitasinya secara baik. Saya ga
mau munafik, beberapa kali dalam mengawasi anak-anak atau mendidik
anak-anak saya kehilangan keseimbangan secara nalar dan emosional,
hingga sampai pada akhirnya tercetuslah perkataan "Kamu harus begini atau begitu" naah... adakah yang seperti saya?
tak perlu malu, untuk sebuah pembelajaran, hukumnya wajib bagi setiap
insan terbentur dalam lubang kecil dulu agar mampu melewatinya dengan
lebih baik, karena dari situ kita belajar. Memang pada kenyataan akan
selalu ada yang menyatakan "coba aja deh lo, ngomong sama praktek kan beda"
yes, memang akan susah jika kita menempatkan pikiran kita pada hal
tesebut. Ada baiknya kembali kita merubah pola pikir kita bahwa "ok, tidak ada yang tidak bisa saya kerjakan, karena saya adalah apa yang saya pikirkan". (terbaca lebih ringan kan?)
Lalu bagaimana dengan persoalan ketika pada saat anak kita masih di usia
balita, tentu setiap pertumbuhan hari demi harinya merupakan suatu
prestasi bagi para orangtua, benar? Namun sayangnya lagi...
ketika kita tidak menemui hal tersebut dalam kepribadian anak kita, yang
kita lakukan pada akhirnya menjudge atau malah membanding-bandingkan. "iya nih, anak gue ni susah diatur, anak gue ga bisa diem" (saya
pernah mengucapkan hal seperti itu, namun alhamdulillah saya sudah
mengurangi hal-hal yang negatif, saya tau bahwa setiap perkataan adalah
doa, jadi semaksimal mungkin akan saya hindari kata-kata yang berimbas
negatif pada anak-anak. Bagaimana dengan teman-teman yang mengalami hal serupa?
*mari kita sama-sama intropeksi. Semakin lama kita mengatakan bahwa
anak kita "seperti ini dan itu..." semakin lama hal tersebut akan masuk
ke dalam alam bawah sadar anak kita. Jadi jangan heran ketika besar
nanti, kita sebagai orangtua pun akan dibanding-bandingkan oleh anak
kita. Ga mau kan? *sama :)
Keinginan anak versi keinginan orangtua jelas berbeda. masih inget
ketika saya jaman-jaman smp sma dan kuliah, rasanya ga nyaman aja kalau
saya diminta melakukan tidak sesuai keinginan saya. (tapi itu dulu,
berbekal emosi yang labil atau ababil) sekarang justru saya memahami
betul setiap kejadian tersebut. "ohh ternyata... ini hanya masalah komunikasi saja dengan orangtua" Nah.....
Orangtua saya ga pernah melarang saya melakukan kegiatan apa-apa, bahkan
ketika saya meminta untuk masuk ke tempat les sekolah sampai selesai
tanpa hasil memuaskan, orangtua saya pun tak mempermasalahkan berapa
biaya yang telah dikeluarkan untuk saya, karena saya tau bahwa saya
adalah investasi terbaik buat mereka. Investasi yang tak perlu dihitung
untung ruginya, karena orangtua sama sekali tak menghitung laba dari
setiap pengorbanannya. *betul ga? mohon koreksi kalau saya kurang tepat yaa.
Kini... saya telah menjadi orangtua, yang setiap detiknya sepenuhnya apa
yang saya lakukan akan ditiru atau diduplikasi oleh anak-anak saya.
Vinka 8 tahun dan Adik Zahran 4 tahun, memang usia yang pas dari mereka
menerima segala pembelajaran baik dari rumah, maupun lingkungan sekitar.
Bagaimana saya bisa membatasi hal-hal yang datang dari luar? karena
ketika vinka sekolah, saya tidak bisa melihat apa dan dengan siapa dia
bergaul. Untuk itu, ketika dia sampai di rumah, inilah saatnya saya
untuk melakukan pendekatan terus dengannya juga dengan adik zahran. Saya
dengan segala apa yang saya miliki harus lebih memaksimalkan dan
memprioritaskan anak-anak terlebih dahulu. Tentu saya ingin sekali
menjadi ibu kesayangan mereka. Saya senang ketika mereka sedikit demi
sedikit mengerti bahwa, meminta maf itu perlu (jika melakukan
kesalahan), berterima kasih itu penting agar kita lebih menghargai
sesama. Setelah itu... dengan sendirinya mereka akan mengatakan bahwa "Aku sayang Bunda" *berpelukan deh .... :)
Semoga kita bisa menjadi orangtua yang betul-betul amanah ya
teman-teman... Karena anak kita hanyalah titipan dari sang Khaliq.
Yuk... kita peluk anak-anak kita dan katakan pada mereka, "Thank You I
Love You dear, maafkan Mama ya Nak" *bighug... Ketjup juga :D
"Engkaulah anakku, Engkaulah Buah Hatiku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar