Powered By Blogger

Sabtu, 07 Juli 2012

KISAH CINTA YanG telah Di Tulis Dalam TiNta Emas


Kisah CINTA Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahraa

Ada rahasia terdalam di hati 'Ali yang tak 
dikisahkanya pada siapapun. Fatimah. Karib 
kecilnya, puteri tersayang dari sang Nabi yang
adalah sepupunya itu, sungguh mempesonanya.
Kesantunanya, ibadahnya, kecekatan kerjaya,
parasnya, 'Ali tak tau apakah rasa itu bisa disebut
cinta

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari
mendengar kabar yang mengejutkan. Fatimah
dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan
paling dekat kedudukanya dengan sang Nabi lelaki
yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak
awal~awal risalah. Lelaki yang imam akhlaqnya
tak diragukan; Abu Bakar Ash shhidiq,
Radiallahu 'anhu

" Allah menguji rupanya", begitu batin 'Ali

Ia merasa diuji karna apalah ia dibanding
Abu Bakar, di sisi Nabi ?
Abu bakar lebih utama, mungkin karena ia 
bukan kerabat Nabi seperti 'Ali, namun
keimanan dan pembelaal pada ALLAH dan
rasulnya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu 
Bakar menjadi kawan perjalanan nabi dalam hijrah
sementara 'Ali bertugas menggantikan beliau untuk 
menanti maut diranjangnya

Lihatlah bagaimana Abu Bakar berda'wah.
Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan
saudagar makkah yang masuk Islam karena
sentuhan Abu bakar;, Ustman, 'Abdurrahman ibn
'Auf, Thalhah, Zubair, Sa'd ibn Abi Waqqash,
Mushab..
Ini yang tak mungkin dilakukan kanak~kanak kurang 
pergaulan seperti 'Ali
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang
dibebaskan dan para fakir dibela Abu Bakar;
Bilal, Khabbab, keluarga Yasir, 'Abdulah ibn
Mas'ud
Dan siapa budak yang dibebaskan 'Ali ?
Dan disisi finasial, Abu Bakar sang saudagar,
Insya ALLAH lebih bisa membahagiakan Fatimah
'Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

"Inilah persaudaraan dan Cinta", gumam 'Ali
"Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku. Aku
mengutamakan kebahagiaan Fatimah atas
cintaku,"

Cinta tak pernah meminta untuk menati. Ia
mengabil kesempatan atau mempersilahkan, Ia
adalah keberanian atau pengorbanan

Beberapa waktu, teryata Allah 
menumbuhkan tunas harap dihatinya yang
sempat layu. Lamaran Abu Bakar di tolak. Dan 'Ali
terus mejaga semangatnya untuk mempersiapkan 
diri.

Ah ujian rupanya berakhir. Setelah Abu 
Bakar mundur, datanglah melamar Fatimah seorang 
laki~laki lain yang gagah dan perkasa, seorang
lelalki yang sejak masuk islamnya membuat kaum
muaslimin berani tegak mengangkat muka,
seorang laki~laki yang membuat syaithan berlari
takut dan musuh~muaduh ALLAH bertekuk lutut
'Umar ibn Al Khathtab.

Ya, Al Faruq,
sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga
datang melamar Fatimah.
Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3
tahun setelah 'Ali dan Abu Bakar. Tapi siapa yang 
menyangsikan ketulusanya ?
Siapa yang menyangsikan kecerdasanya untuk
mengejar pemahaman ?
Siapa yang menyangsikanya semua pembelaan 
dahsyat yang hanya ' Umar dan Hamzah yang
mampu memberikanya pada kaum Muaslimin ?
Dan lebih dari itu.
'Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi 
berkata, " Aku datang bersama Abu Bakar dan 'Umar,
Aku keluar bersama Abu bakar dan 'Umar, aku 
masuk bersama Abu bakar dan 'Umar,,"
Betapa tinggi kedudukanya di sisi Rasul, di sisi
ayah fatimah

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah
dan bagaimana 'Umar melakukanya.

'Ali menyusul sang nabi dengan bersembunyi-
sembunyi, dalam kejaran musuh frustasi
karna tak menemukan beliau Shallallaahu 'Alaihi
wa Salam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam 
malam. Selebihnya di siang hari dia mencari
bayang-bayang gundukan di bukit pasir. Menanti
dan bersembunyi.

'Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf 
tujuh kali lalu naik, ke atas ka'bah
"Wahai Quaraisy", katanya
"Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah.
barang siapa yang ingin istrinya menjada,
anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung
tanpa henti silahkan hadang 'Umar dibalik bukit ini!"
'Umar adalah lelaki pemberani

'Ali, sekali lagi sadar.

Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang
banyak, dia pemuda yang belum siap menikah.
Apalagi menikahi Fatimah binti Rasulillah! tidak.
'Umar jauh lebih layak
Dan 'Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta undtuk menanti'
Ia mengabil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilahkan

Maka 'Ali bingung ketika kabar itu meruyak.
lamaran 'Umar juga ditolak. Menantu macam apa 
kiranya yang dikehendaki nabi ?
Yang seperti 'Utsman sang miliaderkah yang telah
menikahi Ruqayyah binti Rasulillah ?
Yang seperti Abdul 'Ash ibn Rabi' kah, saudagar 
Quraisy itu suami Zainab binti Rasulillah ?
Ah, dua menantu Rasuillah itu sungguh
membuatnya hilang percaya diri.
Di antara Muhajirin hanya 'Abdurrahman ibn 'Auf
yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengabil menantu dari 
Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka ?
Sa'ad ibn Mu'adz kah sang pepminping Aus yang
tampan dan elegan itu ? 
Atau S'ad ibn 'Ubadah, peminpin khazraj yang
lincah penuh semangat itu ?

"Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?",
kalimat teman-teman asharya itu
membangunkan lamunan.
"Mengapa engkau tak mencoba melamar 
Fatimah ? Aku punya firasat, engkaulah yang
ditungu-tungu baginda Nabi..
"Aku, teryata tak yakin.
"Ya engkau wahai saudarku",
"Aku hanya pemuda miskin. Apa 
yang bisa ku andalkan?"
"Kami dibelakangmu, kawan! Semoga 
ALLAH menolongmu!"
'Ali pun menghadap sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri, disampaikanya
keingina untuk menikahi Fatimah.

Ya, menikahi.
Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan
pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditabah 
persediaan tepung kasar untuk makanya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk 
bersiap-siap ?
Itu memalukan! Meminta Fatimah menantikanya
di batas waktu hingga ia siap.

Itu sangat keenakan. Usianya baru berkepala dua 
sekarang.
"Engakau pemuda sejati wahai 'Ali", begitu
nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang bertangggung jawab atas cintanya.

Pemuda yang siap memikul resiko atas pilhan-
pilihanya.
Pemuda yang yakin bahwa ALLAH maha kaya.
Lamaranya berjwab "Ahlan wa Sahlan!"
Kata itu meluncur terang bersama senyum sang Nabi.
Dan iapun bingung.
Apa maksdnya ?

Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa 
dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau 
penolakan.

Ah mungin Nabi pun bingung menjawab.
Mungkin tidak sekarang.
Tapi ia siap ditolak.
Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada 
menanggung beban tanya yang tak kuntung
terjawab.

Apalagi menyimpanya dalam hati sebagai bahtera
tanpa pelabuhan
Ah, itu menyakitkan

"Bagaimana Nabi menjawab kawan? Bagaimana 
lamaranmu ?"
"Entahlah,,"
"Apa maksdmu?"
"Menurut kalian apakah 'Ahlan wa Sahlan' berarti 
sebuah jawaban!"
"Dasar tolol!, tolol!", kata mereka,
"Eh, maaf kawan.. maksud kami satu saja sudah 
cukup dan kau mendapatkan dua!
Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. dan kau 
mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! dua-duanya 
berarti ya!"

Dan 'Ali pun menikahi Fatimah. 
Dengan mengadaikan baju besinya.

Dengan rumah yang semula ingin di sumbangkan 
kawan-kawanya tapi Nabi berkeras agar ia 
membayar cicilanya.
Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya 
bagi 'Abu bakar, 'Umar dan Fatimah.

Dengan keberanian menikah.
Sekarang.
bukan janji-janji dan nanti-nanti
'Ali adalh gentelmen sejati.
Tidak heran jika pemuda arab memiliki yel,

"Laa fatan illa 'Alyyan! Tak ada peuda kecuali 
'Ali!


Inilah cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua
perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk 
menanti.

Seperti 'Ali.
Ia mempersilahkan.
Atau mengabil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga dilakukan oleh 
Putri Sang Nabi

Dalam suatu riwayat dikisahkan
bahwa suatu hari ( setelah mereka menikah )
Fatimah berkata kepada 'Ali,
"Maafkan aku karna aku sebelum menikah denganmu.
Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada
seorang pemuda"
'Ali terkejut dan berkata, "kalau begitu mengapa 
engkau menikah dengaku ? dan siapakah 
pemuda itu"
Sambil tersenyum Fatimah berkata, "Ya, kerena 
pemuda itu adalah dirimu"
Kisah ini disampaikan di sini, bukan untuk membuat
kita menjadi mendayu-dayu atau romantis-romantis-
an

Kisah ini disampaikan agar kita bisa belajar lebih 
jauh dari 'Ali dan Fatimah, bahwa ternyara 
keduanya telah memiliki perasaan yang sama 
semenjak mereka belum menikah tetapi dengan 
rapat keduanya menjaga perasaan itu
Perasaan yang insyaALLAH akan indah ketika 
waktunya tiba.

TRUTH  IS MODALISASI FOR SUCCESFULL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar